berifakta.com – Jatuhnya Boris Johnson sebagai Perdana Menteri Inggris dirayakan sejumlah politisi Rusia. Boris dianggap sebagai “badut dungu” yang akhirnya merasakan akibat dari mempersenjatai Ukraina melawan Rusia.
Johnson mengumumkan pengunduran dirinya pada Kamis (7/7) setelah ditinggalkan oleh para menteri dan sebagian besar dari anggota parlemen konservatif karena berbagai skandal.
Sebelum Johnson mengumumkan pengunduran diri, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan jika Kremlin juga tidak menyukai Johnson.
“Dia tidak menyukai kami, kami juga tidak menyukai dia,” kata juru bicara sesaat sebelum Johnson berdiri di Downing Street untuk mengumumkan pengunduran dirinya.
Baca Juga: Benarkah 4 Wilayah Ukraina Ingin Bergabung dengan Rusia?
Dalam pidatonya, Johnson mengumumkan bahwa dia mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif tetapi berencana untuk tetap sebagai perdana menteri sampai penggantinya dipilih.
Saat berpidato, Johnson mengumumkan bahwa dirinya mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif tetapi akan tetap menjadi perdana menteri sampai penggantinya terpilih.
Baca Juga: Ini Penyebab Rusia Tangkap Konsul Jepang di Kota Vladivostok
Johnson juga menyampaikan pesan kepada rakyat Ukraina, berjanji bahwa Inggris akan “terus mendukung perjuangan mereka sampai kapan pun”.
Para pemimpin Rusia sangat tidak menyukai Johnson, yang baru-baru ini mengatakan kepada rekan-rekannya bahwa dia ingin tetap berkuasa lebih lama dari pada Margaret Thatcher – musuh abadi mantan Uni Soviet yang menjabat sebagai perdana menteri Inggris dari 1979 hingga 1990.
Baca Juga: Prodi PSTI UPI Purwakarta Gelar Workshop MTCNA Fasilitasi Guru Bersertifikat Internasional
Taipan Rusia Oleg Deripaska mengatakan di Telegram bahwa itu adalah “akhir yang memalukan” untuk “badut bodoh” yang akan dikutuk oleh “puluhan ribu nyawa dalam konflik tidak masuk akal di Ukraina ini”.
Bahkan sebelum Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi 24 Februari, Johnson telah banyak mengkritik Putin. Ia menyebut Putin sebagai kepala Kremlin yang tidak rasional dan membahayakan dunia dengan ambisi gila.
Baca Juga: UPI Purwakarta Gelar Penguatan Kompetensi untuk Guru Bahasa Inggris SD
Saat invasi, Johnson menjadikan Inggris sebagai pendukung Ukraina terbesar di Barat, mengirimkan senjata, menjatuhkan beberapa sanksi dan mendesak Ukraina untuk mengalahkan Moskwa.
Dia telah dua kali melakukan perjalanan ke Kiev untuk bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Baca Juga: Mundurnya Lili Pintauli Tinggalkan Gaji dan Tunjangan Fantastis
Dukungan Johnson terhadap Ukraina begitu kuat sehingga ia dikenal sebagai Borys Johnsoniuk oleh beberapa orang di Kyiv. Johnson juga terkadang mengakhiri pidatonya dengan berkata “Slava Ukraini” alias “kemuliaan bagi Ukraina”.
Maria Zakharova, juru bicara utama di kementerian luar negeri Rusia, mengatakan kejatuhan Johnson adalah gejala kemunduran Barat, yang menurutnya terbelah oleh krisis politik, ideologis dan ekonomi.
Baca Juga: Febri Diansyah Ex Jubir KPK Jadi Pengacara Putri Candrawathi
“Pesan moral dari cerita ini adalah: jangan berusaha untuk menghancurkan Rusia, Boris Johnson terkena bumerang yang diluncurkan oleh dirinya sendiri dan rekan-rekan seperjuangannya telah meninggalkannya.”” imbuh Zakharova.