JAKARTA, Berifakta.com – Pakar politik dari Universitas Filipina Richard Heydarian, menyoroti persamaan antara pemilu di Indonesia dan Filipina, dengan fokus pada dominasi dinasti politik dan strategi kampanye di TikTok. Melalui cuitannya di platform X (14/02/2024), Richard mengkritik bagaimana pemilu kedua negara ini semakin mirip, terutama dalam penggunaan media sosial untuk menarik pemilih muda.
“Indonesia baru saja mengadakan ‘Pemilu TikTok’ pertama di dunia! Prabowo benar-benar menyempurnakan strategi PR ala Marcos untuk abad ke-21!” ujar Richard.
Baca Juga: Pintu Terbuka untuk PKB, PKS, dan NasDem di Kabinet Prabowo
Ia menambahkan, “Sepertinya Indonesia akan mengikuti jejak Filipina, di mana disinformasi merajalela, tokoh kuat tampak ‘menggemaskan’ dengan trik PR, dan beberapa dinasti, baru maupun lama, mendominasi sistem politik sepenuhnya.” tegas Richard dalam keterangan tertulisnya.

Pada 20 Februari 2024, ucapan selamat datang dari Presiden Filipina, Bongbong Marcos, kepada Prabowo Subianto yang mengindikasikan kemenangannya dalam pemilu. Marcos menyatakan harapannya untuk memperdalam hubungan bilateral, menandai pentingnya kerjasama antara dua negara tetangga di ASEAN.
Richard menekankan bahwa kedua negara, di bawah pengaruh dinasti politik yang kuat, telah menunjukkan pola pemilu yang serupa.
Baca Juga: AHY Tolak Hak Angket, Fokus Rekonsiliasi Pasca-Pemilu
“Filipina di bawah Marcos bersama Sara Duterte, dan Indonesia di bawah Prabowo dan Gibran, kedua negara memenangkan hampir 60% suara,” tulisnya, menggarisbawahi bagaimana kampanye digital, terutama melalui TikTok, telah memainkan peran penting dalam menarik suara pemilih muda dan menyembunyikan kontroversi historis.
Komentar Richard mengundang diskusi tentang bagaimana dinasti politik dan strategi digital berdampak pada demokrasi di ASEAN, mempertanyakan apakah tren ini akan terus berlanjut dan bagaimana dampaknya terhadap kualitas demokrasi di kawasan ASEAN.