Jakarta, berifakta.com – China menggelar latihan militer di perbatasan Taiwan beberapa hari lalu dan menetapkan enam zona di sekitar Taiwan sebagai sasaran latihan militernya.
China kini berfokus melatih serangan darat dan serangan udara jarak jauh dalam latihan mereka pada Minggu (7/8).
Menanggapi hal tersebut, Taiwan mengaktifkan sistem pertahanannya dan menyebut akan terus membela pulau itu dari ancaman Beijing. Latihan militer China juga dikecam oleh Amerika Serikat dan sekutu Baratnya.
Baca Juga: Aksi Massa Tak Terbendung, Plt Presiden Srilanka Batalkan Status Darurat Nasional
Situasi yang semakin memanas, sejumlah pihak khawatir latihan militer China bakal membawa eskalasi bagi kawasan Indo-Pasifik.
Jika China benar-benar menyerang Taiwan, apa yang bakal terjadi?
Sebagaimana diberitakan NBC News, beberapa pejabat Kementerian Pertahanan AS, anggota Kongres AS, dan pakar politik negeri Panda tersebut sempat menjalankan simulasi perang pada April.
Baca Juga: Hasil Survei: Masyarakat Memilih karena Alasan Emosional di Pilpres 2024
Simulasi ini dilakukan di biro Washington NBC News, pun bekerja sama dengan lembaga think-tank Pusat Keamanan Baru Amerika (CNAS).
Dalam simulasi tersebut, Beijing diprediksi bakal menginvasi Taipei pada 2027.
“Kami tidak akan membiarkan mereka (Taiwan) selamat dari tahap awal operasi militer kami. Kami tidak akan membiarkan presiden Taiwan selamat di hari pertama,” kata salah satu pemain kunci strategi militer Beijing dalam simulasi itu.
Baca Juga: Polres Mamuju, Khawatirkan Penggunaan Sepeda Listrik oleh Anak-anak
Untuk mencapai tujuan tersebut, China diperkirakan akan menghancurkan dan menyerang pangkalan AS di Jepang dan Guam. Serangan tersebut kemudian direspons AS dengan meledakkan pelabuhan China.
Tak hanya itu saja, Australia diprediksi bakal mengerahkan pasukan untuk melawan Beijing.
Gambaran simulasi tersebut, peserta mendapat kesimpulan bahwa jika China menginvasi Taiwan, kawasan Indo-Pasifik bakal masuk dalam perang panjang, luas, dan menyeret AS. Dataran AS, termasuk Hawaii, diprediksi menjadi sasaran serangan.
Baca Juga: Polsek Plered Gelar Turnamen Bola Voli untuk Cari Atlet
“Simulasi perang ini mendemonstrasikan seberapa cepat eskalasi konflik dapat terjadi, dengan China dan AS sama-sama melewati batas yang tak ditoleransi,” kata pakar CNAS.
Selain itu, CNAS memperkirakan China bakal menggunakan senjata nuklir dalam merespons eskalasi ini. Bagi China, senjata nuklir dibutuhkan mengingat Beijing memiliki kapasitas terbatas dalam merespons serangan lawan menggunakan senjata konvensional.
Temuan lain dalam simulasi ini adalah AS gagal mencegah China menyerang Taiwan. Ini menjadikan pemberian senjata dari Washington ke Taipei penting dilakukan sebelum invasi, mengingat memasok senjata kala perang terjadi bakal sulit.
Baca Juga: BI Rilis Uang Rupiah Baru, Berikut Jika Anda Ingin Menukarnya
Dari sisi ekonomi, Kepala Perusahaan Manufaktur Semikonduktor Taiwan (TSMC) Mark Liu menuturkan invasi China dapat membuat perusahaan itu tak dapat beroperasi dan membawa ‘gejolak ekonomi hebat’ bagi kedua negara di Selat Taiwan.
Liu juga menilai perang itu tak bakal memiliki pemenang, pun bakal membawa kehancuran aturan dunia dan mengubah tata letak geopolitik, seperti dikutip Focus Taiwan. Sebagaimana dilansir Reuters, TSMC bertanggung jawab atas 90 persen produksi cip yang penting untuk perangkat digital dan senjata dunia.
Lihat Juga: Pemeriksaan Anies Baswedan Diiringi Demo RW DKI AKSI di Gedung KPK RI