Kuningan, Berifakta.com – Sahri memutuskan untuk ikut seleksi Umroh Huffadz Mutqin dengan ongkos pribadi. Dengan mengendarai sepeda motor sendirian, jarak ratusan kilometer dari Kuningan ke Bandung pun Ia tempuh dengan tekad dapat lolos untuk mendapatkan reward umroh.
Mahasantri asal Indramayu ini mengaku tak ikut rombongan peserta tes lainnya lantaran tidak ingin mengecewakan pihak pondok jika tak lolos nantinya.
Sahri dan mahasantri STIQ Al-Multazam lainnya ke Bandung hendak mengikuti seleksi Umroh Huffadz Mutqin dari Dewa Eka Prayoga (DeEP) Foundation dan Muhsinin Club. Perjuangannya tak sia-sia. Pria bernama lengkap Hikmatussahri Ramadan ini menjadi salah satu penerima reward umroh. Ia dan salah seorang anggota keluarganya bakal terbang ke Tanah Suci pada 24 Oktober 2022 mendatang.
Program Umroh Huffadz Mutqin sendiri merupakan seleksi bagi para penghapal Al Quran untuk diberangkatkan umroh. Ada lima mahasantri STIQ Al-Multazam Kuningan yang mendapat reward umroh tahun ini lantaran telah mendapat predikat Mutqin, yakni selain memiliki hapalan yang sangat kuat, juga mampu Tasmi’ (setor hapalan) bil Ghoib (tanpa melihat mushaf) 30 Juz Al Quran dengan sekali duduk.
Baca Juga: STEI Al Ishlah Cirebon Lepas 71 Mahasiswa KKM, Bangkitkan Potensi Desa
Sebelum ikut tes, Sahri mengaku masih punya tanggungan 5 juz yang belum mutqin (dihapal kuat). Ia sampai harus ijin dari pondok untuk bisa memperkuat hapalannya.
“Saya bilang dalam hati. ‘Ya, Allah jika engkau izinkan saya umroh, maka permudahkanlah saya dalam memutqinkan 5 juz ini.’ Alhamdulillah, atas izin Allah dan ridho orang tua, sebelum satu minggu saya bisa mencapainya,” kata Sahri.
Dalam proses menghapal Al Quran, Sahri setidaknya perlu menghabiskan waktu 9 bulan lamanya. Tepatnya rampung pada 1 Juni 2021. Sahri bahkan menghapal dengan metode yang dibuatnya sendiri. Metode itu bernama metode ‘Daud’.
Baca Juga: Pondok Akmala Sabila Cirebon Kini Punya Kelas Bela Diri Kurash
Sahri mengaku belum berani mempublikasi metode yang disusunnya ini karena masih dalam proses penyempurnaan dan tengah diujicobakan untuk dirinya sendiri dulu.
“Ketika kita menghapal al Qur’an, otomatis kita diberikan kesempatan oleh Allah untuk menjadi keluarganya. Dan ketika kita sudah menjadi keluarga-Nya, maka mana mungkin tega keluarga melihat keluarga yang lainnya dalam kesusahan. Begitu juga Allah tidak akan tega melihat keluarganya susah,” demikian motivasi yang ditanamkan Sahri dalam menghapal.
Baca Juga: BMPS dan BPK Penabur Cirebon Bikin Pelatihan Media Sosial, Belajar Branding sampai Kelola Tiktok
Selain Sahri, mahasantri lain yang diberangkatkan yakni Afifah Rizqiya Laily asal Tegal, Jawa Tengah; Isna Septiasari asal Jepara, Jawa Tengah; Ida Rahmawati asal Kuningan, Jawa Barat dan; Lutvia Rahma Ariva asal Tasikmalaya, Jawa Barat. Kelimanya dilepas secara simbolis pada Selasa (18/10) siang. Disaksikan civitas akademika dan pengurus Yayasan Pendidikan Islam Al Multazam Husnul Khotimah. (git)