JAKARTA, Berifakta.com – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengumumkan bahwa Indonesia saat ini menghadapi kondisi darurat pangan. Penyebab utama adalah dampak El Nino yang telah menurunkan produksi pertanian dan menyebabkan lonjakan harga.
Dalam Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR RI pada, Rabu (13/3/2024) Amran memaparkan bahwa luas tanam padi dari Oktober 2023 hingga Februari 2024 hanya mencapai 5,4 juta hektare, turun dari rata-rata 7,47 juta hektare pada periode 2015-2019.
Baca Juga: MUI Ajak Umat Islam Boikot Produk Terkait Israel di Ramadan 2024
“Kita saat ini berada dalam kondisi darurat pangan. El Nino telah berdampak besar pada produksi pertanian kita, terutama padi, yang menyebabkan penurunan produksi dan kenaikan harga yang cukup tinggi,” ujar Amran saat Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR RI, Rabu (13/3/2024).
Amran juga menyoroti prediksi produksi padi yang mengkhawatirkan untuk periode Juni hingga Oktober, dengan luas tanam Februari 2024 yang lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Pada periode Oktober 2023 hingga Februari 2024, luas tanam padi kita hanya mencapai 5,4 juta hektare. Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun-tahun 2015 hingga 2019 yang mencapai 7,47 juta hektare, kita mengalami penurunan hingga 1,9 juta hektare. Ini tentunya sangat berpengaruh pada luas panen dan berdampak langsung pada penurunan produksi padi” tambahnya.
Salah satu penyebab utama tidak optimalnya produksi padi, menurut Amran, adalah penurunan volume pupuk bersubsidi hingga 50 persen dari 9,55 juta ton pada periode 2014-2018 menjadi hanya 4,73 juta ton tahun ini. Ditambah lagi dengan dampak perubahan iklim El Nino yang masih berlangsung.
“Volume pupuk bersubsidi yang kita miliki tahun ini hanya sebesar 4,73 juta ton, turun 50 persen dari alokasi tahun sebelumnya yang mencapai 9,55 juta ton. Ini, ditambah dengan dampak perubahan iklim El Nino yang masih berlangsung, menjadi penyebab utama tidak optimalnya produksi padi kita,” jelas Amran.
Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Pertanian telah merancang beberapa langkah strategis. Salah satunya adalah mengembalikan alokasi pupuk bersubsidi ke 9,55 juta ton dan memudahkan petani dalam pengambilan pupuk. Selain itu, Kementan juga berencana memperluas area tanam dengan pompanisasi air sungai di 11 provinsi dan mengoptimalkan lahan rawa untuk pertanaman padi.
Di sisi lain, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menegaskan bahwa stok bahan pokok, termasuk beras, aman meskipun harga terbilang tinggi.
Baca Juga: Golkar Buka Pintu untuk Jokowi, Airlangga Sambut Kemungkinan Bergabungnya Presiden
“Beras SPHP dan medium banyak di pasar, namun masyarakat cenderung memilih beras lokal yang lebih mahal,” ujar Zulhas.
Zulhas menyebutkan bahwa rata-rata harga beras medium saat ini adalah Rp 14 ribu per kilogram, sedangkan beras SPHP atau beras Bulog dihargai Rp 11 ribu per kilogram. Lonjakan harga ini dipengaruhi oleh El Nino dan musim kemarau panjang yang menggeser masa tanam dan panen.
“Kami berharap panen raya yang biasanya terjadi pada Januari dan Februari akan terjadi pada April dan Mei tahun ini,” tutup Zulhas, mengindikasikan potensi stabilisasi harga beras di pasar.