CIREBON, Berifakta.com – Guru agama memiliki peran strategis sebagai panutan dalam pembentukan karakter generasi muda. Hal ini ditekankan oleh Muhamad Habib Khaerussani, guru agama di SMAIT Akmala Sabila, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon.
Dalam pernyataannya pada Jumat (31/1), Habib menyoroti pentingnya para guru agama untuk memberi teladan positif, tidak hanya dalam keseharian di sekolah tetapi juga dalam aktivitas bermedia sosial.
“Sebagai pendidik, terutama di bidang agama, kita tidak hanya menyampaikan nilai-nilai moral dan akhlak, tetapi juga harus mempraktikkannya secara konsisten, termasuk di media sosial,” ujar Habib.
Menurutnya, guru agama sering menjadi figur yang diidolakan oleh siswa dan masyarakat sekitar. Karena itu, tindakan atau unggahan seorang guru agama di media sosial dapat memberikan pengaruh besar, baik positif maupun negatif.
“Media sosial adalah ruang publik yang sangat luas. Jika kita tidak berhati-hati, unggahan yang kurang bijak bisa mencederai kredibilitas kita sebagai pendidik agama,” tegasnya.
Habib menjelaskan bahwa guru agama memiliki tanggung jawab besar sebagai penjaga moral di lingkungan sekolah. Selain menyampaikan nilai-nilai kebaikan, mereka juga diharapkan mampu menunjukkan keteladanan dalam kehidupan sehari-hari.
Guru agama dianggap sebagai pembimbing yang tidak hanya mengajarkan nilai-nilai agama tetapi juga memengaruhi perilaku siswa secara langsung. Dengan adanya media sosial yang kini begitu mendominasi kehidupan anak muda, keteladanan seorang guru agama di platform tersebut sangat penting untuk menginspirasi siswa agar menggunakan media sosial secara bijak dan positif.
Selain itu, Habib menekankan bahwa tanggung jawab moral guru agama lebih besar dibandingkan dengan profesi lainnya. Hal ini membuat mereka harus berhati-hati dalam setiap tindakan, baik di dunia nyata maupun di dunia maya, agar tidak merusak citra dan martabat profesi mereka.
Ia juga menggarisbawahi bahwa unggahan atau perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran agama dapat menimbulkan dampak negatif, tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi kepercayaan masyarakat terhadap profesi guru agama.
Dalam kesempatan ini, Habib mengarahkan pesannya kepada para guru agama se-Jawa Barat, terutama di Kabupaten Cirebon. Ia berharap guru agama dapat menjadi contoh yang baik, tidak hanya di ruang kelas tetapi juga di media sosial.
Ia juga mendorong adanya pelatihan atau diskusi terkait etika bermedia sosial bagi para guru agama, sehingga mereka lebih siap menghadapi tantangan dunia digital yang terus berkembang.
“Sebagai pendidik, mari kita bersama-sama menjaga kepercayaan masyarakat kepada profesi kita. Guru agama adalah agen perubahan, dan perubahan itu dimulai dari diri kita sendiri,” pungkasnya.
Pesan ini menjadi pengingat penting bagi semua guru agama untuk terus memberikan teladan positif, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun di dunia maya. (*)