Bogor, berifakta.com – IPB University terus memperkuat jejaring internasionalnya dalam isu pengembangan masyarakat. Rektor IPB University, Dr. Alim Setiawan Slamet, didampingi Wakil Rektor III, Prof. Ernan Rustiadi, dan Wakil Rektor IV, Prof. Iskandar Z. Siregar, menerima kunjungan resmi delegasi dari China Agricultural University (CAU), Selasa, (16/12).
Delegasi CAU yang dipimpin oleh Prof. Li Xiaoyun, bersama Assoc. Prof. Xu Jin dan Pan Yue, hadir untuk menindaklanjuti kolaborasi yang telah terjalin antara College of International Development and Global Agriculture (CIDGA) CAU dan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB. Pertemuan strategis ini dijembatani oleh Prof. Sofyan Sjaf bersama Ahmad Aulia Arsyad dan Lukman Hakim untuk membahas agenda riset transformasi pedesaan tahun 2026.
Dalam pertemuan tersebut, kedua belah pihak mendiskusikan rencana kerja sama jangka panjang yang akan segera diformalkan. Bahkan, Presiden CAU, Sun Qixin, dikabarkan akan berkunjung langsung ke IPB University dalam waktu dekat guna membahas detail kolaborasi riset serta penyelenggaraan acara bersama.
Terdapat tiga program utama yang menjadi fokus dalam agenda kerjasama ini. Pertama, IPB University dipersiapkan menjadi Center of Excellence for China-Indonesia Rural Transformation. Program ini dirancang sebagai ajang pembelajaran bersama kedua negara menggunakan konsep Sister Village untuk menciptakan model transformasi desa berkelanjutan. Sebagai langkah awal, IPB dan CAU telah menginisiasi riset bersama di Desa Setu, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor.
Baca Juga : Akademisi IPB Soroti Ketahanan Lingkungan Sebagai Upaya Harmonisasi Multikultural
Kedua, kerjasama ini mencakup ranah Global South Network for Comparative Rural Studies (GSNCRS). Dalam jaringan ini, Prof. Sofyan Sjaf berperan sebagai Co-Executive Chairman. IPB University diminta untuk mengarahkan riset dosen dan mahasiswa terkait transformasi perdesaan selama lima tahun ke depan. Fokus riset tahun pertama akan menyasar isu-isu krusial seperti hak pengelolaan lahan, ketahanan pangan, dan masalah agraria lainnya. Kolaborasi ini diharapkan dapat berkontribusi pada model jejaring pembangunan pedesaan di wilayah Global South serta mendongkrak jumlah publikasi internasional.
Ketiga, IPB dan CAU sepakat memperkuat pertumbuhan ekonomi perdesaan melalui program Global South Rural Entrepreneurs Initiative atau Young Rural CEO. Melalui inisiatif ini, para Rural CEO dari Indonesia yang telah mengikuti pelatihan di China akan mendapatkan pendampingan (mentoring) untuk mengaplikasikan ilmunya di tanah air. Program yang bertujuan mencetak pengusaha muda berbasis desa ini diharapkan menghasilkan dampak signifikan bagi kemajuan masyarakat, dengan laporan perkembangan yang akan dibukukan setelah satu tahun pelaksanaan.
Prof. Li Xiaoyun selaku pimpinan delegasi CAU menaruh harapan besar bahwa program ini akan sukses di Indonesia dan dapat menjadi model yang diterapkan di negara-negara Global South lainnya. Harapan tersebut disambut positif oleh Rektor IPB yang menginginkan kolaborasi ini segera terlaksana demi memberikan manfaat bagi institusi, kesejahteraan masyarakat desa, serta mempererat hubungan bilateral kedua negara.

