MALANG, Berifakta.com – Dalam beberapa dekade terakhir, K-Pop telah bertransformasi dari fenomena lokal Korea Selatan menjadi kekuatan budaya global yang tak terbendung. Fenomena ini tidak hanya mengubah lanskap musik internasional, melainkan juga membawa dampak yang signifikan pada ekonomi, diplomasi budaya, dan identitas nasional Korea Selatan.
Demikian pengantar yang disampaikan oleh Dr. Sunhee Koo, seorang antropolog dari University of Auckland, dalam kelas Kajian Kawasan Program Studi Hubungan Internasional (HI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Kelas ini merupakan hasil kerjasama Prodi HI UMM dengan University of Auckland’s Strategic Research Institute (SRI) for Korean Studies yang turut didukung oleh Kementerian Pendidikan Republik Korea.
Dalam kelas yang bertajuk “K-Pop, Technology, Power, and Agency” ini, Dr. Sunhee Koo mengungkapkan bahwa terdapat beragam faktor yang berkontribusi pada kesuksesan global K-Pop. Salah satu faktor utama adalah peran teknologi dan media sosial dalam penyebaran dan popularitas K-Pop di seluruh dunia.
“Teknologi, khususnya platform media sosial seperti YouTube, Twitter, dan TikTok, telah memainkan peran krusial dalam memfasilitasi interaksi langsung antara idola K-Pop dan penggemar global mereka,” jelas Dr. Koo. “Hal ini tidak hanya memperluas jangkauan K-Pop, melainkan juga menciptakan komunitas penggemar yang sangat aktif dan terhubung secara global.”
Lebih lanjut, Dr. Koo membahas dampak ekonomi yang signifikan dari fenomena K-Pop. “K-Pop telah menjadi salah satu ekspor budaya terbesar Korea Selatan, menghasilkan miliaran dolar setiap tahunnya melalui penjualan musik, merchandise, dan pariwisata,” jelasnya.
Menutup diskusinya, Dr. Koo menekankan bahwa hal tersebut hanyalah gunung es dari fenomena K-Pop dalam lanskap hubungan internasional dan studi kawasan. “K-Pop bukan hanya tentang musik dan hiburan. Ini adalah fenomena kompleks yang mencerminkan dinamika globalisasi, kekuasaan budaya, dan identitas nasional di era digital,” pungkasnya. (*)