PURWAKARTA, Berifakta.com – Pagi itu, aula SMAN 2 Purwakarta tampak biasa saja. Kursi-kursi tersusun rapi, dan para siswa duduk dengan wajah tegang.
Mereka tahu, hari ini sekolah kedatangan tamu penting: Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi dan Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid.
Tak ada yang menyangka, kunjungan itu justru membuka lembaran baru dalam hidup salah satu siswa di sana.
Dedi memulai obrolan dengan bertanya soal larangan acara wisuda dan perpisahan. Salah satu siswa dengan suara pelan tapi jelas mengangkat tangan dan menyampaikan pandangannya.
“Kalau saya sih terbantu, karena wisuda kan berbiaya ya, karena orang tua saya bukan terlalu yang ada banget gitu,” ujar siswa tersebut, dalam video yang diunggah oleh Lembur Pakuan Channel di YouTube, dikutip Berifakta.com, Sabtu (17/5/2025).
Jawaban itu membuat Dedi penasaran. Ia lalu menoleh ke kepala sekolah, menanyakan biaya wisuda dan perpisahan. Dia melanjutkan dengan bertanya pada sang siswa, kebutuhan apa yang belum terpenuhi dalam proses belajarnya.
“Alhamdulillah, buku ada,” jawab siswa itu singkat.
Dedi pun menunduk, memperhatikan sepatu yang dipakai siswa tersebut. Sepatu itu terlihat lusuh. Dedi lalu merogoh dompetnya, lalu mengambil uang, dan langsung memberikannya ke siswa itu.
Sang siswa terkejut. Bocah ABG itu mencium tangan sang Gubernur sembari menggenggam uang dengan gemetar. Matanya berkaca-kaca.
“Kenapa kamu sedih?” tanya Dedi, mencoba memahami perasaannya.
“Bukan sedih, Pak… saya kaget. Belum pernah pegang uang sebanyak ini. Paling besar cuma Rp50 ribu,” jawabnya jujur.
Mendengar itu, Dedi langsung mengambil uang lagi dari dompetnya dan memberikannya kembali ke siswa tersebut.
Lalu Dedi bertanya, “Uangnya buat apa, Nak?”
Air mata siswa itu jatuh. Ia menatap Dedi dan menjawab lirih, “Saya ingin beli laptop, Pak… bukan sepatu… saya butuh banget buat belajar.”
Dedi terdiam sejenak, lalu membuka dompetnya sekali lagi. Ia mengambil sejumlah uang dan menyerahkannya agar sang siswa bisa membeli laptop yang selama ini hanya bisa ia impikan.
Momen haru pun tak terelakkan. Siswa itu menangis. Dedi memeluknya erat, seakan berkata tanpa kata: “Belajarlah setinggi mungkin, anak muda.”