CIREBON, Berifakta.com – Pemerhati pendidikan KH. Dr. Muhamad Habib Khaerussani, M.Pd. menanggapi dugaan kecurangan dalam proses Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) Jawa Barat tahap I yang ditemukan Dinas Pendidikan (Disdik) Jabar. Ia menilai indikasi kecurangan seperti memanipulasi domisili rawan menimbulkan ketidakadilan dan dapat berdampak pada menurunnya jumlah siswa di sekolah swasta.
“Kalau kursi sekolah negeri terisi secara tidak fair akibat manipulasi, tentu peluang sekolah swasta dalam menampung siswa berkurang. Ini harus menjadi perhatian kita bersama,” ujar Habib, Jumat (27/6/2025).
Habib mengingatkan, masa depan SPMB di Kabupaten Cirebon kini berada di persimpangan. Ia menyebut, SPMB bisa menjadi masa suram jika integritas diabaikan, namun dapat menjadi cemerlang jika semua pihak mau berbenah.
Menurutnya, kepala sekolah negeri memegang peranan penting dalam menjaga marwah pendidikan. Kepala sekolah diminta menjadi teladan kejujuran dan tidak menutup mata terhadap praktik manipulasi.
“Kalau kepala sekolah negeri sendiri tidak jujur, bagaimana mungkin kita berharap orang tua dan siswa akan jujur?” katanya.
Ia juga menekankan perlunya pengawasan ketat dan kerja sama yang kooperatif antara dinas pendidikan dan sekolah. “Saling mendukung dan menegur harus menjadi budaya agar proses SPMB tidak hanya bersih di atas kertas, tapi juga di lapangan,” tegasnya.
Selain itu, Habib mendorong sekolah-sekolah swasta di Cirebon untuk meningkatkan kekompakan dan membangun citra positif. Menurutnya, sekolah swasta harus percaya diri menonjolkan keunggulannya agar masyarakat melihatnya sebagai pilihan yang layak dan diminati.
“Sekolah swasta punya banyak keunggulan, mulai dari pembelajaran yang lebih personal, pembinaan karakter, hingga kegiatan ekstrakurikuler. Ini harus terus digaungkan,” tuturnya.
Habib juga meminta perhatian lebih dari para pemangku kebijakan terhadap keberadaan sekolah swasta. Menurutnya, perhatian tidak hanya dalam bentuk bantuan material, tetapi juga pengakuan terhadap kontribusi sekolah swasta dalam memajukan pendidikan.
Tak kalah penting, kata Habib, perbaikan sarana dan prasarana harus merata baik di sekolah negeri maupun swasta. “Akses jalan menuju sekolah, jaringan internet, dan fasilitas penunjang lainnya harus diperbaiki supaya tidak ada lagi ketimpangan yang memicu kecurangan,” ujarnya.
Habib berharap proses SPMB ke depan dapat menjadi wadah untuk menanamkan nilai kejujuran dan keadilan. “Pendidikan harus menjadi tempat membangun moral anak-anak kita, bukan justru tempat belajar mencurangi sistem sejak dini,” pungkasnya. (*)