CIREBON, Berifakta.com – Klarifikasi sekaligus permohonan maaf yang disampaikan Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar terkait potongan video pernyataannya tentang guru kembali menegaskan posisi penting profesi ini dalam pembangunan bangsa. Menanggapi hal tersebut, pengamat pendidikan sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Akmala Sabila, KH. Dr. M. Habib Khaerussani, M.Pd., menyampaikan pandangannya.
Menurut Habib, sikap Menag yang berani meminta maaf secara terbuka patut diapresiasi. “Dalam tradisi keilmuan Islam, seorang guru bukan hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga menjadi teladan akhlak. Keberanian seorang pemimpin untuk mengakui kekhilafan adalah bagian dari teladan itu,” ungkapnya.
Habib menekankan bahwa isu guru bukan hanya persoalan simbol kemuliaan, tetapi juga berkaitan erat dengan kesejahteraan nyata. “Guru dituntut untuk suci di langit dan di bumi, sebagaimana disampaikan Pak Menteri. Namun jangan lupa, mereka juga manusia biasa yang punya kebutuhan dasar. Kesucian moral akan semakin kokoh bila didukung oleh penghargaan yang layak, termasuk penghargaan ekonomi,” jelasnya.
Dalam pandangan Habib, profesi guru kerap menghadapi beban ganda: idealisme pendidikan yang tinggi sekaligus realitas kesejahteraan yang sering kali belum memadai. “Jika kita mengharapkan guru membentuk generasi unggul, maka negara dan masyarakat wajib memastikan martabat mereka benar-benar terjaga, baik secara moral maupun material,” katanya.
Habib juga menegaskan bahwa klarifikasi Menag sebaiknya menjadi momentum untuk membangun dialog lebih dalam antara pemerintah, pendidik, dan masyarakat. “Jangan berhenti pada klarifikasi. Jadikan ini sebagai pintu masuk untuk memperkuat kebijakan pendidikan yang menyejahterakan guru sekaligus menjaga kemuliaannya,” pungkasnya. (*)