MALANG, Berifakta.com – Kerjasama ekonomi antara Indonesia dan Korea Selatan saat ini semakin berkembang dalam berbagai sektor, tidak hanya dalam cakupan makro melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU), namun juga pada skala mikro di sektor seperti kuliner, merchandise, dan produk kosmetik. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan ekonomi antara kedua negara semakin erat.
Hal tersebut disampaikan oleb Havidz Ageng Prakoso, M.A dalam kelas Kajian Kawasan yang bertajuk “Economic Cooperations of Indonesia and Korea” Kelas ini merupakan inisiasi kerja sama Program Studi Hubungan Internasional (HI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dengan University of Auckland’s Strategic Research Institute (SRI) for Korean Studies yang turut didukung oleh Kementerian Pendidikan Republik Korea.
“Salah satu sektor yang menjadi fokus utama dalam kerjasama ini adalah energi terbarukan. Korea Selatan berinvestasi dalam proyek-proyek energi hijau di Indonesia, termasuk pembangunan pembangkit listrik tenaga surya dan angin. Tujuan dari kolaborasi ini adalah mendukung target Indonesia dalam transisi energi menuju sumber daya yang lebih berkelanjutan,” tutur Ageng menguraikan.
Di sektor otomotif, merek besar asal Korea seperti KIA dan Hyundai telah memperluas bisnisnya di Indonesia. Hyundai, misalnya, telah membangun pabrik perakitan di Indonesia dan turut serta dalam pengembangan kendaraan listrik di pasar Indonesia. Kolaborasi ini juga membuka peluang kerja dan transfer teknologi bagi tenaga kerja lokal.
Kerjasama ekonomi antara Indonesia dan Korea Selatan dapat dikategorikan ke dalam lima pilar utama. Pertama, peningkatan volume perdagangan (trade) antara kedua negara dengan berbagai komoditas ekspor dan impor. Kedua, investasi (investment) dari Korea ke Indonesia dalam sektor manufaktur dan infrastruktur. Ketiga, kemitraan industri (industry partnership) antara perusahaan besar dari kedua negara. Keempat, transfer teknologi dan inovasi (technology and innovations) dalam bidang industri digital dan manufaktur. Kelima, kerjasama strategis (strategic partnership) dalam berbagai bidang yang mendukung pertumbuhan ekonomi kedua negara.
Data menunjukkan adanya peningkatan ekspor Indonesia ke Korea Selatan dalam satu dekade terakhir. Berdasarkan data belanja online, Indonesia menjadi salah satu negara utama preferensi bagi ekspor Korea, terutama dalam produk seperti mie instan, gula, dan merek ponsel asal Korea.
Ageng juga memaparkan bahwa terdapat beberapa perusahaan besar Korea yang telah menjalin joint venture dengan perusahaan lokal di Indonesia. “Perusahaan seperti Hyundai, LG, Komipo, Daewoong, CJ, Lotte, dan Samsung telah berinvestasi dan membangun fasilitas produksi di Indonesia. Ini menunjukkan kepercayaan perusahaan Korea terhadap potensi pasar dan sumber daya di Indonesia,” imbuhnya.
Selain dalam bidang ekonomi, hubungan Indonesia dan Korea juga diperkuat dengan kerjasama sister city antara beberapa kota di Indonesia dan kota-kota di Korea Selatan. Beberapa contoh sister city yang telah terjalin adalah antara Bandung, Surabaya, Subang, dan Jogjakarta dengan kota-kota di Korea. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pertukaran budaya, pendidikan, serta kerjasama dalam bidang ekonomi dan teknologi.
Daya tarik Indonesia bagi investor Korea Selatan didasarkan pada tiga faktor utama, yaitu sumber daya manusia (human resource) yang melimpah dan berpotensi untuk dikembangkan, stabilitas ekonomi dan kebijakan investasi (financial resource) yang mendukung, serta ketersediaan sumber daya alam (natural resource) yang mendukung berbagai sektor industri.
Perkembangan kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Korea Selatan telah menunjukkan transformasi signifikan yang bermanfaat bagi kedua negara. Dari sektor energi terbarukan hingga otomotif, dan dari perdagangan hingga investasi strategis, hubungan bilateral ini telah membentuk pondasi yang kokoh untuk pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Dengan didukung oleh program sister city dan pertukaran budaya, Indonesia dan Korea Selatan tidak hanya menjalin hubungan ekonomi, melainkan juga membangun ikatan yang lebih dalam di berbagai aspek kehidupan masyarakat. Keberhasilan kerjasama ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi internasional yang saling menguntungkan dapat mempercepat pembangunan dan mendorong inovasi.
“Ke depannya, dengan terus memanfaatkan keunggulan komparatif masing-masing negara hubungan bilateral ini diprediksi akan semakin berkembang dan membuka lebih banyak peluang kerja sama yang strategis dan berkelanjutan. Dari yang semula kolaborasi diplomatik, menjadi celah potensial sebagai ladang investasi,” pungkas Ageng mengakhiri. (*)